PERANAN
DAN FUNGSI BAHASA
PENGERTIAN BAHASA
Apa itu bahasa? Basaha merupakan suatu bentuk alat
komunikasi manusia yang berupa lambang bunyi melalui alat ucap, dimana setiap
suara yang dikeluarkannya memiliki arti.
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia bahasa dinyatakan sebagai sistem bunyi yang
arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,
berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
Bahasa
juga dijabarkan oleh beberapa ahli seperti Harimurti Kridalaksana yang
menyatakan bahwa bahasa adalah sistem bunyi bermakna yang dipergunakan untuk
komunikasu oleh kelompok manusia. Lalu Finoechiaro yang menyatakan bahwa bahasa
adalah simbol vokal yang arbitrer yang memungkinkan semua orang dalam suatu kebudayaan
tertentu, atau orang lain yang mempelajari sistem kebudayaan itu, berkomunikasi
atau berinteraksi.
PENGERTIAN
BAHASA MENURUT PARA AHLI
1.) Gorys Keraf
Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol
bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
2.) Bill Adams
Bahasa adalah sebuah sistem pengembangan psikologi individi dalam sebuah
konteks inter-subjektif
3.)Wittgenstein
Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan dengan
realitas dan memiliki bentuk dan struktur logis.
4.)Ferdinand De Saussure
Bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa setiap
elompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang
lain.
5.)Plato
Bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan
onomata ( nama benda atau sesuatu ) dan themata ( ucapan ) yang merupakan
cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut.
6.)Bloch dan Tragger
Bahasa adalah sebuah sistem simbol yang bersifat manasuka dan dengan sistem itu
suatu kelompok sosial bekerja sama.
7.) Carrol
Bahasa adalah sebuah sistem berstruktural mengenai bunyi dan urutan bunyi
bahasa yang sifatnya manasuka.Yang digunakan dalam komunikasi antar individu
oleh sekelompok manusia dan yang secara agak tuntas memberi nama kepada benda –
benda , peristiwa – peristiwa, dan proses – proses dalam lingkungan hidup.
8.) Sudaryono
Bahasa adalah sarana komunikasi yang efektif walaupun tidak sempurna sehingga
ketidaksempurnaan bahasa sebagai sarana komunikasi menjadi salah satu sumber
terjadinya kesalahpahaman.
9.)Saussure
Bahasa adalah objek dari semilogi
10.)Mr.Carthy
Bahasa adalah praktik yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan berpikir.
ASPEK
BAHASA
Aspek Bahasa….
Ada
beberapa aspek dalam bahasa yaitu aspek fisik dan aspek sosial
Aspek
Fisik Bahasa : Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa bahasa merupakan
Basaha merupakan suatu bentuk alat komunikasi manusia yangberupa lambang bunyi
melalui alat ucap, dimana setiap suara yang dikeluarkannya memiliki arti. Maka
yang dimaksud aspek fifik bahasa pada dasrnya mencakup tiga aspek. Pertama,
bagaimana bunyi itu dihasilkan (aspek produksi). Kedua, Bagaimana ciri – ciri
bunyi bahasa yang diujarkan (aspek akustis). Ketiga, bagaimana bunyi bahasa itu
dipahami melalui indra pendengaran (aspek persepsi bunyi bahasa).
Untuk
menghasilkan bunyi bahasa yang benar diperlukan alat bicara yang normal,
keterampilan dan kemampuan organ alat bicara dalam melakukan artikulasi, serta
kemampuan mengatur pernapasan. Perubahan proses produksi bunyi menghasilkan
perubahan kualitas bunyi (aspek produksi). Sebagai akibat proses artikulasi
yang berbeda pada bahasa – bahasa di dunia ini, bunyi – bunyi bahasa yang
dihasilkan berbagai bahasa itu pun berbeda (aspek akustis). Indra pendengaran
mampu menangkap dan memahami rangkaian bunyi vokal dan konsonan yang membentuk
sebuah tuturan, cepat lambat tuturan, dan nada tuturan yang dihasilkan oleh
seorang penutur(aspek presepsi bunyi suara).
Aspek
Sosial Bahasa : Bahasa mempunyai variasi dan memiliki ragam. Di dalam
lingkungan masyarakat, ada bahasa yang digunakan dan memperlihatkan ciri
keakraban atau keintiman. Bahasa yang ditandai bentuk dan pilihan kata akrab
seperti gue, loe, bete. Berikut termasuk ke dalam ragam intim. Ragam berikutnya
dikenal sebagai ragam konsultatif, yang merupakan ragam bahasa yang digunakan
pada saat guru mengajar di kelas. Cirinya berbeda dengan ragam formal atau
resmi. Ragam lain adalah bahasa yang ditandai ujaran – ujaran baku dan beku
sebagaimana yang terdengar dalam acara ritual dan seremonial.
FUNGSI
BAHASA
Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi
oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu
sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Sistem tersebut
mencakup unsur – unsur :
1. Sistem lambang yang bermakna dan dapat dipahami oleh masyarakat pemakainya.
2. Sistem lambang tersebut bersifat konvensional yang ditentukan oleh
masyarakat pemakainya berdasarkan kesepakatan
3. Lambang – lambang tersebut bersifat arbiter (Kesepakatan) digunaka secara
berulang dan tetap
4. Sistem lambang tersebut bersifat terbatas, tetapi produktif
5. Sistem lambang bersifat unix, khas, dan tidak sama dengan bahasa lain
6. Sistem lambang dibangun berdasarkan kaidah yang bersifat universal
Oleh karena
itu peranan bahasa dalam kehidupan sehari – hari banyak sekali menjadi sebuah
kebutuhan individu maupun kelompok untuk berinteraksi . Berikut beberapa fungsi
bahasa yang memiliki banyak macam kegunaan , yaitu :
1. Bahasa sebagai sarana komunikasi
Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat.
Fungsi tersebut digunakan dalam berbagai lingkungan, tingkatan, dan kepentingan
yang beraneka ragam, misalnya : komunikasi ilmiah, komunikasi bisnis,
komunikasi kerja, dan komunikasi sosial, dan komunikasi budaya.
2. Bahasa sebagai
sarana integrasi dan adaptasi
Dengan bahasa orang dapat menyatakan hidup bersama dalam suatu ikatan. Misalnya
: integritas kerja dalam sebuah institusi, integritas karyawan dalam sebuah
departemen, integritas keluarga, integritas kerja sama dalam bidang bisnis,
integritas berbangsa dan bernegara.
3. Bahasa sebagai
sarana kontrol sosial
Bahasa sebagai kontrol sosial berfungsi untuk mengendalikan komunikasi agar
orang yang terlibat dalam komunikasi dapat saling memahami. Masing – masing
mengamati ucapan, perilaku, dan simbol – simbol lain yang menunjukan arah komunikasi.
Bahasa kontrol ini dapat diwujudkan dalam bentuk : aturan, anggaran dasar,
undang – undang dan lain – lain.
4. Bahasa sebagai
sarana memahami diri
Dalam membangun karakter seseorang harus dapat memahami dan mengidentifikasi
kondisi dirinya terlebih dahulu. Ia harus dapat menyebutkan potensi dirinya,
kelemahan dirinya, kekuatan dirinya, bakat, kecerdasan, kemampuan
intelektualnya, kemauannya, tempramennya, dan sebagainya. Pemahaman ini
mencakup kemampuan fisik, emosi, inteligensi, kecerdasan, psikis, karakternya,
psikososial, dan lain – lain. Dari pemahaman yang cermat atas dirinya,
seseorang akan mampu membangun karakternya dan mengorbitkan-nya ke arah
pengembangan potensi dan kemampuannya menciptakan suatu kreativitas baru.
5. Bahasa sebagai sarana
ekspresi diri
Bahasa sebagai ekspresi diri dapat dilakukan dari tingkat yang paling sederhana
sampai yang paling kompleks atau tingkat kesulitan yang sangat tinggi. Ekspresi
sederhana, misalnya, untuk menyatakan cinta (saya akan senatiasa setia, bangga
dan prihatin kepadamu), lapar (sudah saatnya kita makan siang).
6. Bahasa sebagai
sarana memahami orang lain
Untuk menjamin efektifitas komunikasi, seseorang perlu memahami orang lain,
seperti dalam memahami dirinya. Dengan pemahaman terhadap seseorang, pemakaian
bahasa dapat mengenali berbagai hal mencakup kondisi pribadinya: potensi
biologis, intelektual, emosional, kecerdasan, karakter, paradigma, yang
melandasi pemikirannya, tipologi dasar tempramennya (sanguines, melankolis,
kholeris, flagmatis), bakatnya, kemampuan kreativitasnya, kemempuan inovasinya,
motifasi pengembangan dirinya, dan lain – lain.
7. Bahasa sebagai
sarana mengamati lingkungan sekitar
Bahasa sebagai alat untuk mengamati masalah tersebut harus diupayakan kepastian
konsep, kepastian makna, dan kepastian proses berfikir sehingga dapat
mengekspresikan hasil pengamatan tersebut secara pasti. Misalnya apa yang
melatar belakangi pengamatan, bagaimana pemecahan masalahnya, mengidentifikasi
objek yang diamati, menjelaskan bagaimana cara (metode) mengamati, apa tujuan
mengamati, bagaimana hasil pengamatan,. dan apa kesimpulan.
8. Bahasa sebagai
sarana berfikir logis
Kemampuan berfikir logis memungkinkan seseorang dapat berfikir logis induktif,
deduktif, sebab – akibat, atau kronologis sehingga dapat menyusun konsep atau
pemikiran secara jelas, utuh dan konseptual. Melalui proses berfikir logis,
seseorang dapat menentukan tindakan tepat yang harus dilakukan. Proses berfikir
logis merupakn hal yang abstrak. Untuk itu, diperlukan bahasa yang efektif, sistematis,
dengan ketepatan makna sehingga mampu melambangkan konsep yang abstrak tersebut
menjadi konkret.
9. Bahasa membangun
kecerdasan
Kecerdasan berbahasa terkait dengan kemampuan menggunakan sistem dan fungsi
bahasa dalam mengolah kata, kalimat, paragraf, wacana argumentasi, narasi,
persuasi, deskripsi, analisis atau pemaparan, dan kemampuan mengunakan ragam
bahasa secara tepat sehingga menghasilkan kreativitas yang baru dalam berbagai
bentuk dan fungsi kebahasaan.
10. Bahasa
mengembangkan kecerdasan ganda
Selain kecerdasan berbahasa, seseorang dimungkinkan memiliki beberapa
kecerdasan sekaligus. Kecerdasan – kecerdasan tersebut dapat berkembang secara
bersamaan. Selain memiliki kecerdasan berbahasa, orang yang tekun dan mendalami
bidang studinya secara serius dimungkinkan memiliki kecerdasan yang produktif.
Misalnya, seorang ahli program yang mendalami bahasa, ia dapat membuat kamus
elektronik, atau membuat mesin penerjemah yang lebih akurat dibandingkan yang
sudah ada.
11. Bahasa membangun
karakter
Kecerdasan berbahasa memungkinkan seseorang dapat mengembangkan karakternya
lebih baik. Dengan kecerdasan bahasanya, seseorang dapat mengidentifikasi
kemampuan diri dan potensi diri. Dalam bentuk sederhana misalnya : rasa lapar,
rasa cinta. Pada tingkat yang lebih kompleks , misalnya : membuat proposal yang
menyatakan dirinya akan menbuat suatu proyek, kemampuan untuk menulis suatu
laporan.
12. Bahasa
Mengembangkan profesi
Proses pengembangan profesi diawali dengan pembelajaran dilanjutkan dengan pengembangan
diri (kecerdasan) yang tidak diperoleh selama proses pembelajaran, tetapi
bertumpu pada pengalaman barunya. Proses berlanjut menuju pendakian puncak
karier / profesi. Puncak pendakian karier tidak akan tercapai tanpa komunikasi
atau interaksi dengan mitra, pesaing dan sumber pegangan ilmunya. Untuk itu
semua kaum profesional memerlukan ketajaman, kecermatan, dan keefektifan dalam
berbahasa sehingga mempu menciptakan kreatifitas baru dalam profesinya.
13. Bahasa sarana
menciptakan kreatifitas baru
Bahasa sebagai sarana berekspresi dan komunikasi berkembang menjadi suatu
pemikiran yang logis dimungkinkan untuk mengembangkan segala potensinya.
Perkembangan itu sejalan dengan potensi akademik yang dikembangkannya. Melalui
pendidikan yang kemudian berkembang menjadi suatu bakat intelektual. Bakat alam
dan bakat intelektual ini dapat berkembang spontan menghasilkan suatu
kretifitas yang baru.
RAGAM DAN LARAS BAHASA
Ragam Bahasa adalah
variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang
dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan,
serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Ragam bahasa yang oleh
penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang
biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis,
perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi
(seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
Berikut ini jenis dan ragam bahasa selengkapnya.
Jenis Ragam Bahasa
Berdasarkan pokok pembicaraan, ragam bahasa dibedakan antara lain atas:
- Ragam bahasa undang-undang
- Ragam bahasa jurnalistik
- Ragam bahasa ilmiah
- Ragam bahasa sastra
Berdasarkan media pembicaraan, ragam bahasa dibedakan atas:
1. Ragam lisan yang antara lain meliputi:
- Ragam bahasa cakapan
- Ragam bahasa pidato
- Ragam bahasa kuliah
- Ragam bahasa panggung
2. Ragam tulis yang antara lain meliputi:
- Ragam bahasa teknis
- Ragam bahasa undang-undang
- Ragam bahasa catatan
- Ragam bahasa surat
Ragam bahasa menurut hubungan antarpembiacra dibedakan menurut akrab tidaknya pembicara
- Ragam bahasa resmi
- Ragam bahasa akrab
- Ragam bahasa agak resmi
- Ragam bahasa santai
- dan sebagainya
Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa
Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan
tak baku. Dalam situasi resmi, seperti di kantor, di sekolah, atau di dalam
pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Berbeda dengan saat kita berada di
rumah, di taman, di pasar, kita tidak harus menggunakan bahasa baku.
Menurut Felicia (2001 : 8), ragam bahasa dibagi berdasarkan Media pengantarnya
atau sarananya, yang terdiri atas :
a. Ragam lisan.
b. Ragam tulis.
Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Ragam tulis pun
dapat berupa ragam tulis yang standar maupun nonstandar. Ragam tulis yang
standar kita temukan dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar,
poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis nonstandar dalam majalah
remaja, iklan, atau poster. Sedangkan Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan
oleh pemakai bahasa. Kita dapat menemukan ragam lisan yang standar, misalnya
pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan,
ceramah; dan ragam lisan yang nonstandar, misalnya dalam percakapan antarteman,
di pasar, atau dalam kesempatan nonformal lainnya.
Pada saat digunakan sebagai alat komunikasi, bahasa masuk dalam berbagai laras
sesuai dengan fungsi pemakaiannya. Jadi, laras bahasa adalah kesesuaian antara
bahasa dan pemakaiannya. Dalam hal ini kita mengenal iklan, laras ilmiah, laras
ilmiah populer, larasfeature, laras komik, laras sastra, yang masih dapat
dibagi atas laras cerpen, laras puisi, laras novel, dan sebagainya.
Hal-hal
yang berhubungan dengan ragam dan laras bahasa
a. Latar belakang daerah penutur. Ragam bahasa
Indonesia yang
dipengaruhi oleh latar belakang daerah penuturnya
menimbulkan
ragam daerah atau dialek. Dialek adalah
cara berbahasa Indonesia
yang diwarnai oleh karakter bahasa daerah yang masih
melekat
pada penuturnya. Contoh: Bahasa Indonesia dengan
dialek Betawi
biasanya menggunakan fonem /e/ untuk melafalkan kata
yang
berakhir dengan vokal /a/., misalnya apa menjadi ape, di
mana
menjadi di mane, dan seterusnya. Begitu
pula dengan logat Jawa
untuk menyebutkan kata berawalan konsonan /b/ akan
terdengar
bunyi an konsonan /m/, misalnya, Bandung menjadi mBandung,
Bogor menjadi mBogor.
b. Latar belakang pendidikan penutur.
Berdasarkan latar belakang
pendidikan penutur, timbul ragam yang berlafal baku
dan yang
tidak berlafal baku khususnya dalam pengucapan
kosakata yang
berasal dari unsur serapan asing. Kaum berpendidikan
umumnya
melafalkan sesuai dengan lafal baku. Namun, untuk
yang kurang
atau tidak berpendidikan, pelafalan diucapkan tidak
tepat atau
tidak baku. Contoh pengucapan kata film, foto,
fokus, fakultas
diucapkan pilm, poto, pokus, pakultas.
c. Situasi pemakaian, sikap, dan hubungan
sosial penutur.
Berdasarkan hal ini, timbul ragam formal,
semiformal, dan
nonformal. Ragam formal digunakan pada situasi resmi
atau
formal, seperti di kantor, dalam rapat, seminar,
atau acara-acara
kenegaraan. Ragam formal menggunakan kosakata baku
dan
kalimatnya terstruktur lengkap. Ragam formal juga
dipakai jika
penutur berbicara pada orang yang disegani atau
dihormati,
misalnya pimpinan perusahaan.
Ragam semiformal dan nonformal biasa dipakai pada
situasi tidak
resmi seperti di warung, di kantin, di pasar, pada
situasi santai, dan
akrab. Ragam semiformal dan formal dibedakan oleh
pemilihan
katanya. Ragam formal menggunakan kalimat yang tidak
lengkap
gramatikalnya dan kosakata yang dipilih cenderung
tidak baku,
sedangkan ragam nonformal relatif sama dengan ragam
informal
hanya pilihan katanya lebih luwes atau bebas.
Kata-kata daerah
atau gaul dapat digunakan sepanjang masing-masing
penuturnya
memahami dan tak terganggu dengan penggunaan kata
tersebut.
Contoh:
1. Kalau soal itu, saya nggak tau persis.
(informal/semiformal)
2. Emangnya kamu nggak dikasih kupon. (semiformal)
3. Kalau soal itu, ogut nggak tau deh. (nonformal)
4. Emangnya situ nggak ngantor, Mas. (nonformal)
d. Ruang lingkup pemakaian atau pokok persoalan
yang dibicarakan
di lingkungan kelompok penutur. Banyak persoalan
yang dapat
menjadi topik pembicaraan dalam kehidupan
sehari-hari. Saat
membicarakan topik tertentu, seseorang akan
menggunakan
kosakata kajian atau khusus yang berhubungan dengan
topik
pembicaraan tersebut. Ragam bahasa yang digunakan
untuk
membahas suatu bidang akan berbeda dengan bidang
lainnya,
misalnya pembicaraan yang berhubungan dengan agama
tentu
menggunakan istilah yang berhubungan dengan agama,
begitu
pula dengan bidang lainnya, misalnya bidang hukum,
kedokteran,
dan ekonomi. Masing-masing memiliki ciri khas kata
atau ragam
bahasa yang digunakan. Termasuk penggunaan ungkapan
atau
gaya bahasanya. Variasi ini disebut dengan laras
bahasa.
Pendapat
penulis tentang ragam bahasa di Indonesia
Bahasa Indonesia merupakan bahasa asli bangsa kita yang sudah
dipakai sejak jaman nenek moyang kita, namun tidak semua orang menggunakan tata
cara atau aturan-aturan yang benar, salah satunya pada penggunaan bahasa
Indonesia itu sendiri yang tidak sesuai dengan ejaan dan Kamus Besar Bahasa
Indonesia oleh karena itu pengetahuan tentang ragam bahasa cukup penting untuk
mempelajari bahasa Indonesia dan bisa diterapkan dengan baik sehingga identitas
kita sebagai warga negara Indonesia tidak akan hilang.
Jadi pendapat penulis tentang ragam bahasa di Indonesia adalah
Bahasa Indonesia wajib dipelajari tidak hanya oleh kalangan pelajar dan
mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib mempelajarinya. Dalam bahasa
Indonesia ada yang disebut ragam bahasa dimana Ragam bahasa adalah variasi
dalam pemakaian bahasa yaitu perbedaan penutur, media, situasi, dan bidang.
DAFTAR
PUSTAKA
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Semenjana
Kelas X Mokhamad Irman dkk.