Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar
Bahasa Yang Baik
Penggunaan
bahasa yang baik (sesuai aspek komunikatif) adalah sesuai dengan sasaran kepada
siapa bahasa tersebut di sampaikan. Hal ini harus disesuaikan dengan unsur umur
, agama, status sosial, lingkungan sosial, dan sudut pandang khalayak sasaran
kita.
Bahasa yang Benar
Bahasa
yang benar berkaitan dengan aspek kaidah, yaitu peraturan bahasa (tata bahasa,
pilihan kata, tanda baca, dan ejaan).
Contoh menggunakan Bahasa Indonesia
secara baik dan benar
Berbahasa Indonesia dengan baik dan
benar” dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan
di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan “bahasa Indonesia
yang baik dan benar” mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi
persyaratan kebaikan dan kebenaran. Bahasa yang diucapkan bahasa yang baku.
Berbahasa
Indonesia dengan baik dan benar mempunyai beberapa konsekuensi logis terkait
dengan pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi. Pada kondisi tertentu,
yaitu pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi
prioritas utama. Penggunaan bahasa seperti ini sering menggunakan bahasa baku.
Kendala yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan
oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi, integrasi, campur kode, alih
kode dan bahasa gaul yang tanpa disadari sering digunakan dalam komunikasi
resmi. Hal ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak baik.
Misalkan
dalam pertanyaan sehari-hari dengan menggunakan bahasa yang baku Contoh :
- Apakah kamu ingin menyapu rumah bagian belakang ?
- Apa yang kamu lakukan tadi?
- Misalkan ketika dalam dialog antara seorang Guru dengan seorang siswa
- Pak guru : Rino apakah kamu sudah mengerjakan PR?
- Rino : sudah saya kerjakan pak.
- Pak guru : baiklah kalau begitu, segera dikumpulkan.
- Rino : Terima kasih Pak
Kata
yang digunakan sesuai lingkungan sosial
Contoh
lain dari pada Undang-undang dasar antara lain :
Undang-undang
dasar 1945 pembukaan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa
dan oleh sebab itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perkeadilan.
Dari
beberapa kalimat dalam undang-undang tersebut menunjukkan bahasa yang
sangat baku, dan merupakan pemakaian bahasa secara baik dan benar.
Contoh
lain dalam tawar-menawar di pasar, misalnya, pemakaian ragam baku akan
menimbulkan kegelian, keheranan, atau kecurigaan. Akan sangat ganjil bila dalam
tawar -menawar dengan tukang sayur atau tukang becak kita memakai bahasa baku
seperti ini.
(1)
Berapakah Ibu mau menjual tauge ini?
(2)
Apakah Bang Becak bersedia mengantar saya ke Pasar Tanah Abang dan berapa
ongkosnya?
Contoh
di atas adalah contoh bahasa Indonesia yang baku dan benar, tetapi tidak baik
dan tidak efektif karena tidak cocok dengan situasi pemakaian kalimat-kalimat
itu. Untuk situasi seperti di atas, kalimat (3) dan (4) berikut akan lebih
tepat.
(3)
Berapa nih, Bu, tauge nya?
(4)
Ke Pasar Tanah Abang, Bang. Berapa?
Misalkan
perbedaan dari bahasa indonesia yang benar dengan bahasa gaul
Bahasa
Indonesia
|
Bahasa
Gaul (informal)
|
Aku,
Saya
|
Gue
|
Kamu
|
Elo
|
Di
masa depan
|
kapan-kapan
|
Apakah
benar?
|
Emangnya
bener?
|
Tidak
|
Gak
|
Tidak
Peduli
|
Emang
gue pikirin!
|
Dari
contoh diatas perbedaan antara bahasa yang baku dan non baku dapat
terlihat dari pengucapan dan dari tata cara penulisannya. Bahasa indonesia baik
dan benar merupakan bahasa yang mudah dipahami, bentuk bahasa baku yang
sah agar secara luas masyarakat indonesia berkomunikasi menggunakan bahasa
nasional. Contoh pada
“Kami,
putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”,
demikianlah bunyi alenia ketiga sumpah pemuda yang telah dirumuskan oleh para
pemuda yang kemudian menjadi pendiri bangsa dan negara Indonesia. Bunyi alenia
ketiga dalam ikrar sumpah pemuda itu jelas bahwa yang menjadi bahasa persatuan
bangsa Indonesia adalah bahasa Indonesia. Kita sebagai bagian bangsa Indonesia
sudah selayaknya menjunjung tinggi bahasa Indonesia dalam kehidupan
sehari-hari.
Paragraph
dibawah ini cuplikan gaya bahasa yang dipakai sesuai dengan EYD dan menggunakan
bahasa baku atau bahasa ilmiah bukan kata popular dan bersifa objektif, dengan
penyusunan kalimat yang cermat.
Dalam
paradigma profesionalisme sekarang ini, ada tidaknya nilai informative dalam
jaring komunikasi ternyata berbanding lurus dengan cakap tidaknya kita menulis.
Pasalnya, selain harus bisa menerima, kita juga harus mampu memberi. Inilah
efek jurnalisme yang kini sudah menyesaki hidup kita. Oleh karena itu, kita pun
dituntut dalam hal tulis-menulis demi penyebaran informasi. Namun persoalannya,
apakah kita peduli terhadap laras tulis bahasa kita. Sementara itu, yakinilah,
tabiat dan tutur kata seseorang menunjukkan asal-usulnya, atau dalam penegasan
lain, bahasa yang kacau mencerminkan kekacauan pola pikir pemakainya. Buku ini
memperkenalkan langkah-langkah pragmatic yang Anda perlukan agar tulisan Anda
bisa tampil wajar, segar, dan enak dibaca
Sejak
kecil, kita sudah mempelajari bahasa secara sendiri, tanpa ada yan mengajari.
Kita bisa belajar sedikit demi sedikit. Bahasa yang dituliskan ataupun yang
dilafalkan pasti memiliki makna. Melalui bahasa kita dapat menuangkan ide atau
gagasan yang kita pikirkan.Bahasa merupakan dasar segala kegiatan yang kita
lakukan.
Bahasa
dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak
menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan dan pola-pola
yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Agar
komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim
bahasa harus harus menguasai bahasanya.
1.
Pengertian Bahasa
Menurut
Gorys Keraf (1997 : 1), Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat
berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Mungkin ada yang
keberatan dengan mengatakan bahwa bahasa bukan satu-satunya alat untuk
mengadakan komunikasi. Mereka menunjukkan bahwa dua orang atau pihak yang
mengadakan komunikasi dengan mempergunakan cara-cara tertentu yang telah
disepakati bersama. Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong dan
sebagainya. Tetapi mereka itu harus mengakui pula bahwa bila dibandingkan
dengan bahasa, semua alat komunikasi tadi mengandung banyak segi yang lemah.
2.
Ciri Bahasa
Ciri-ciri
dari bahasa adalah:
a.Sistematik.
b.Arbiter.
c.Vokal.
d.Bermakna.
e.Komunikatif.
f.Adadimasyarakat.
Fungsi bahasa dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu fungsi bahasa secara umum dan secara khusus
b.Arbiter.
c.Vokal.
d.Bermakna.
e.Komunikatif.
f.Adadimasyarakat.
Fungsi bahasa dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu fungsi bahasa secara umum dan secara khusus
A.
Fungsi bahasa secara umum
-
Sebagai alat untuk berkespresi
Contohnya;mampu
menggungkapkan gambaran,maksud ,gagasan, dan perasaan.
Melalui
bahasa kita dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di
dalam dada dan pikiran kita, sekurang-kurangnya dapat memaklimkan keberadaan
kita. Misalnya seperti seorang penulis buku, mereka akan menuangkan segala
seseuatu yang mereka pikirkan ke dalam sebuah tulisan tanpa memikirkan si
pembaca, mereka hanya berfokus pada keinginan mereka sendiri.
Sebenarnya
ada 2 unsur yang mendorong kita untuk mengekspresikan diri, yaitu:
(1)
Agar menarik perhatian orang lain terhadap kita;
(2)
Keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi.
-
Sebagai alat komunikasi
Sebagai
alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan
kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia
mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan
masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4). Komunikasi merupakan akibat yang lebih
jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita
tidak diterima atau dipahami oleh orang lain.
Pada
saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki
tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan
gagasan dan pemikiran yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat
orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain.
Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli atau menanggapi hasil pemikiran
kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi
perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan
dan kebutuhan khalayak sasaran kita.
Pada
saat kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga
mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan laku untuk dijual. Oleh karena
itu, seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang komunikatif”. Misalnya,
kata makro hanya dipahami oleh orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu,
namun kata besar atau luas lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum..Dengan
kata lain, kata besar atau luas,dianggap lebih komunikatif karena bersifat
lebih umum. Sebaliknya, kata makro akan memberikan nuansa lain pada bahasa
kita, misalnya, nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas, atau nuansa
tradisional.
Contohnya
: Kata griya, misalnya lebih sulit dipahami dibandingkan kata rumah atau wisma.
Dengan kata lain, kata besar, luas, rumah, wisma, dianggap lebih komunikatif
karena bersifat lebih umum.
Daftar Pustaka
https://vhi3y4.wordpress.com/contoh-menggunakan-bahasa-indonesia-secara-baik-dan-benar/
0 komentar:
Posting Komentar